Jilat sambil menatap mataku. “Jilat dan hisap dengan rakus. Xnxx Dan..,” setelah menarik nafas panjang, kukatakan alasan sebenarnya. Tak ada komentar penolakan. Kulepaskan klip tali sepatunya. Aah, aku menghembuskan nafas. Lalu ketika ciuman-ciumanku merambat ke paha bagian dalam dan semakin lama semakin mendekati pangkal pahanya, terasa tarikan di rambutku semakin keras. Hmm..!”
“Sekarang masuk ke dalam!” ulangnya sambil menunjuk kolong mejanya.Aku merangkak ke kolong mejanya. Aku merasa benar-benar haus dan ingin segera mendapatkan segumpal lendir yang akan dihadiahkannya untuk membasahi kerongkongannku. Telapak tangannya mengusap pipiku beberapa kali, lalu berpindah ke rambutku, dan sedikit menekan kepalaku agar menunduk ke arah kakinya.“Ingin tahu warnanya?” Aku mengangguk tak berdaya. Sayu. Ia lalu menekuk dan meletakkan telapak kaki kanannya di permukaan kursi. Mbak Tia mengangguk. Hembusan nafasku ternyata membuat bulu-bulu itu meremang.“Indah sekali,” kataku sambil mengelus-elus betisnya.
