Turun tidak, turun tidak, aku hitung kancing. Cukuplah kalau tanganku menyergapnya. Bokep Baunya memang agak lain, tetapi mampu membuat seorang bujang menerawang hingga jauh ke alam yang belum pernah ia rasakan.“Dik.., jangan dibuka lebar. Lalu ia kembali memijat pangkal pahaku. Ia membersihkan punggungku dengan handuk hangat. Tetapi tidak lama, suara pletak-pletok terdengar semakin nyaring. Ia menurunkan sedikit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh. Astaga. Kalau potong rambut ya masuk ke tukang pangkas di pasar. Duduk di tepi dipan. Aku tidak berani menatap wajahnya. Apalagi yang dapat tertinggal? Toh, si setengah baya itu pasti sudah lebih dulu tiba di salonnya. Come on lets go! Tidak lama wanita itu mengetuk langit-langit mobil. Tapi eh.., seorang penumpang pakai kaos oblong, mati aku. Ia tersenyum. Seakan sengaja memainkan Si Junior. Sengaja kuperlihatkan agar ia dapat melihatnya. Bodoh, bodoh, bodoh. Mobil melaju. Aku hanya ditinggali handuk kecil hangat. Eh.., kesempatan, kesempatan, kesempatan. Padahal, wajah wanita setengah baya yang
