Winda, ayo masuk!”, sapa orang itu yang tak lain adalah pak Hr sendiri. “He-eh deh, sampai nanti!” Ratna berlalu.Dengan memberanikan diri aku mengetuk pintu. Xnxx “Selama bapak masih bisa memberiku nilai A”, kataku pendek. Nafas laki-laki itu demikian memburu.Tak lama kemudian Pak membenamkan kepalanya di situ. “Iya benar pak.”
“Saya tidak ada waktu, nanti hari Mminggu saja kamu datang ke rumah saya, ini kartu nama saya”, Katanya acuh tak acuh sambil menyerahkan kartu namanya. “Selamat siang pak!”. Bergegas pula Pak Hr melucuti kaos oblong dan sarungnya. “Sebentar ya…”, katanya lagi sambil masuk ke dalam ruangan. Ingin rasanya membiarkan lelaki tua ini berlaku semaunya atas diriku. Geli, jijik…, namun detah dari mana asalnya perasaan hasrat menggebu-gebu juga kembali menyerangku. Sungguh hebat laki-laki ini. Aku pun bekerja keras, menghisap, mengulum serta mempermainkan batang itu keluar masuk ke dalam mulutku. “Makanya, aku takut nanti di raport merah, mata kuliah dia kan penting!, tauk nih, bentar ya