Tidak lama di situ aku berniat untuk langsung menyerbu payudara Mbak Diah. Wah, di mana nih. Bokep Tanpa berganti posisi aku percepat gerakanku. Ga jadi nyesel deh, Pak Wir banyak ijinnya. Wajah Mbak Diah persis di depanku. Tapi justru payudaranya yang kecil itu yang membuatku sangat penasaran. Entah keberanian dari mana yang mendorong wajahku sehingga bibirku mengecup lembut bibir Mbak Diah. Kuciumi lagi bibirnya, hidungnya, matanya, keningnya, pipinya, dagunya. Kuciumi pelan punggung Mbak Diah sementara Mbak Diah ga tahan menerima orgasmenya.Setelah beberapa saat, aku tetap membiarkan kontolku bertahan di dalam memek Mbak Diah. Sambil tetap memegangi kedua lutut Mbak Diah, kujulurkan hidungku menyapu jembutnya. Kuciumi lagi bibirnya, hidungnya, matanya, keningnya, pipinya, dagunya. Sampai akhirnya aku merasakan gelombang sangat kuat yang siap menerobos keluar dari kontolku.“Mbak… Aku dah mo keluar Mbak… Mphhh…”
Iiiiyyaaaa ko… mbak juga… aaayooo koooo…”Kupercepat gerakanku.
