“Heh.., heh.., jangan sembarangan ya Mbak..”, kataku dalam hati. Bokep Tanpa Ana sadari, dari pinggang, tanganku langsung masuk ke spannya.“Hekhh..”, Ana melotot saat terasa kedua tanganku langsung meremas kedua pantatnya. “Baru sekali ini aku masuk ke kamar tamu hotel, habis..”
“Kenapa ?”
“Nov, namamu Nova kan? But it’s true. “Kamar 201 Mas”, katanya sambil menyorongkan kunci kamar. Keduanya tampak indah selama perjalanan kerja lima hari ini. Dalam hati aku bertanya, kok tumben ngobrolnya lancar gini. “Dasar !”, katanya sambil senyum manis. Kusambut tatapannya dengan dingin.“Mmmffh.., mmhhh…”, tampak Ana menahan sensasinya. “Hampir..”, katanya. Belum tiga menit pintu terbuka dengan cepat, Ana masuk lalu menutup pintu dengan cepat pula. Maklum Tarakan adalah kampung halaman istrinya. “Ih, mesra juga”, katanya. Aku melotot tak mampu berteriak, dadaku sesak dan tenagaku hanya terkumpul di tiga titik, dua telapak tangan dan penis. “Uh kelamaan ngobrol kapan akrabnya!”
“Kan nggak enak ngobrol di telepon…”
“Ke sini dong”
“Eh, ke kamar?”
“Iya”
“Waduh…”
“Kenapa.., takut?”
“Enggak.., gak enak aja