Kupandangi…, sengaja tak kucium, aku tahu Ana menunggunya. Xnxx Sungguh, pengalaman kali ini seperti dongeng. “Heh bukan gitu nanyanya”, kataku. “Crottt.., crooott.., crott”. Sampai di kamar, jam masih menunjuk pukul setengah lima. Terlalu riskan untuk didekati, apalagi pramugari baru seperti mereka.Kebanyakan mereka bersih. “Makasih, sibuk ya?”
“Belum”
“Banyak tamu?”
“Biasa Mas”
“Nanti ngobrol yuk”
“Ini juga ngobrol”, katanya
“Temen kamu mana ?”
“Ke pantry”, mukanya memerah. Aku kini lebih siap, kutarik nafas dalam-dalam lalu “Sssyyyuuutt..”, seperti ada angin di dalam tubuhku ke arah penisku yang terasa kempot-kempot.Gila !, apalagi nih.., dan aku tak mampu bernapas, dadaku sesak, kandung kemihku serasa dibetot-betot.., dan di puncak kenikmatan ini air maniku terasa bagaikan air bah dari dam yang jebol. “Dasar !”, katanya sambil senyum manis. Saat kulihat selembar kertas tertempel di kaca hias. “Iya deh, aku tunggu..”, kataku.Kututup telepon dan buru-buru kupakai kaos dan celana pendekku.
