Tetapi, bayangan itu terganggu. Bokep Bicara apa? Aku dipermainkan seperti anak bayi.Selesai dipijat ia tidak meninggalkan aku. Kami seperti tidak ingin membuang waktu, melepas pakaian masing-masing lalu memulai pergumulan.Wien menjilatiku dari ujung rambut sampai ujung kaki. Aku jelas mendengarnya dari sini.Kembali ruangan sepi. Menantang dengan mata genit sambil mendekati pintu salon. “Ngapaian sih di situ..?” katanya lagi seperti iri pada Wien.Aku mengambil pakaianku. Kemudian menyerahkan celana pantai.“Mbak Wien, pasien menunggu,” katanya.Majalah lagi, ah tidak aku harus bicara padanya. Lalu vaginanya, basah sekali. Aroma asli seorang wanita. Ke bawah lagi: Turun. Aku tidak menjepit tubuhnya. Jangan dimasukkan dulu Sayang, aku belum siap. Aku hanya ditinggali handuk kecil hangat. Tidak perlu diantar. “Masih sepi ini..!” kataku makin berani.Kemudian aku merangkulnya lagi, menyiuminya lagi. Keras sekali.“Jangan cuma ditunjuk dong, dipegang boleh.”Ia berdiri. Tapi ia masih berjongkok di bawahku.“Yang ini atau yang itu..?” katanya menggoda, menunjuk Juniorku.Darahku mendesir.
