Memang Inge tetap tak mau panggil aku dengan sebutan lain, ia pilih dengan “Pak” karena takut salah ngomong kalau di kantor nanti. Denyut jantungku langsung berdetak cepat. Bokep Tanganku sebelum beraksi di pahanya kupakai untuk mengusap-usap punggungnya yang terbuka.Untuk saat itu rumah makan masih sepi pengunjung,jadi aku agak bebas berkarya. Kemudian mobil mulai kujalankan dan tangan Inge diletakkan di atas paha kiriku sambil kadang-kadang memijit pahaku. Tiba-tiba Inge berbicara,
“Waah, film Mandarin ini bagus Pak, Inge kepingin nonton tapi nggak ada teman sekarang.”
“Kalau memang nggak ada teman nanti saya temani” kataku. Setelah ciumanku berpindah ke bagian dadanya terutama bukit-bukit payudaranya, tanganku mulai beraksi di sekitar vaginanya serta pahanya serta sekali-kali rambut bawahnya kutarik pelan-pelan sambil jari tengahku menggelitik clitorisnya yang mulai nongol. Aku merasakan kenikmatan juga dari semprotan lendirnya itu dan vaginanya jadi basah semua.