Masih ada esok. Betul-betul keras. Bokep Mbak Fera sudah turun. Dia menyenggol kepala kejantanankuku. Bodoh amat. Kalau potong rambut ya masuk ke tukang pangkas di pasar. Ke bawah lagi: Turun. Turun tidak, turun tidak, aku hitung kancing. Bodoh, bodoh, bodoh. Ke mana dia ? Aku tidak ingat motifnya, hanya ingat warnanya. Bodoh, bodoh, bodoh. Sampai dia selesai mengelap bagian belakang selangkanganku dan berdiri. Dari jarak yang dekat ini hawa panas badannya terasa. Hah, aku ada ide: toh masih ada kancing di bagian lengan, kalau belum cukup kancing Bapak-bapak di sebelahku juga bisa. Ah. Aku masih diam saja. “ Kiri Bang..! Ketika Kejantananku melemah dia seperti tahu bagaimana menghidupkannya, memijat tepat di bagian pangkal selangkangan.Lalu dia memijat lutut. Dia menurunkan sedekit tali kolor sehingga pinggulku tersentuh. “ Kayak kemarinlah.., ” ujarnya sambil mengangkat tabloid menutupi wajahnya. Ah an, aku dipermainkan seperti anak bayi. Sambil menjawab telepon di kursi dia menunggingkan pantatnya. Bodoh amat.
