Kulihat keringat mulai menitik di lehernya. Tok.. Bokep Ini apa?” tanyaku sambil membuka laci meja dan menunjukkan kotak “25” yang kosong tadi. Namun kupikir lagi, ternyata hidup ini enak kalau dijalani dengan senang hati. Ia mengenakan celana panjang hitam dan kaus putih. Lumayan besar, tapi agak kendor.“Tangannya..” katanya mengingatkanku.Tidak berapa lama ia sudah selesai memijat dan mengurut badanku. Kali ini dibiarkannya pantatku naik dan tanganku meluruskan senjataku pada arah jam 12.“Balik badannya, dadanya mau dipijat nggak?”Kubalikkan badanku. “Baik Pak nanti saya sampaikan, selamat jalan”.Aku kemudian membereskan bill di front office. Kami saling bergoyang, hingga tempat tidur pun terasa mau runtuh dan berderit-derit. Bukan buatan pabrik jamu, melainkan saya buat sendiri. “Boleh pijat sama dia Mbak?” tanyaku lagi. Gerakan demi gerakan, teriakan demi teriakan dan akhirnya kamipun menggelosor lemas dalam puncak kepuasan yang tidak terkira.Setelah sejenak kami beristirahat, kami saling melihat keindahan tubuh satu sama lain gairahku mulai bangkit lagi.
