Perlahan telapak tanganku aku tarik dari punggungnya melalui ketiaknya. Xnxx Mulutku turun ingin mencicipi payudaranya.“Egkhh..”, rintih Eksanti ketika mulutku melumat puting susunya. Bukit-bukit di dada Eksanti naik turun seiring dengan desah nafasnya yang memburu. “Kalau kamu gimana?”, aku malah balik bertanya. Aku tidak sempat menarik keluar batang kejantananku lagi, karena secara spontan Eksanti juga menarik pantatku kuat ke tubuhnya, berulang kali. Aku beringsut masuk ke dalam selimut lalu memeluk erat tubuh Eksanti. Aku melihat ekspressi wajah Eksanti pada permukaan cermin.Mata kami beradu pandang, sementara tanganku membelai-belai payudaranya yang mulai mengeras. Aku nggak munafik, Mas. Bibirku kini turun menyapu kulit putih di lehernya seiring telapak tanganku meraup bukit indah payudaranya. Puas menikmati buah dada yang sebelah kiri, aku mencium buah dada Eksanti yang satunya, yang belum sempat aku nikmati. Sampai-sampai Eksanti menutup mulutnya agar suara tawanya tidak terdengar terlalu keras.
