“Ughh.. Xnxx “Siapa takut,” jawabku lugas. Dengan sigap Tika sudah berada dipangkuanku. Kali ini posisi Tika duduk di tepi bibir meja kerja dan aku sendiri berdiri menghadapnya, dengan penuh perasaan aku masukkan penisku kembali ke lubang surgawi miliknya. “Uuuff.. Mass.. Aroma parfum yang mahal, membuat birahiku naik turun. Aaaoo” rintihan Tika kali ini, hanya bisa diikuti gerakan kepalanya yang sedang menjuntai kebawah. “Hallo, gimana khabar kamu Citra?” tanya dengan percaya diri. Tahann.. “Tapi tidak apa-apa kok Mas, kita bisa kan berteman?” tanyanya. “Hheekk.. Mass.. “Tahan.. Sepasang bongkahan daging menantang di depan mataku dengan kedua puntingnya yang berwarna merah kehitam-hitaman. Lidahku yang panjang untuk kesekian kalinya mengoyak dinding-dinding vaginanya. Lidahnya menari-nari di bibirku dan sesekali menantang lidahku untuk beradu dengan lidahnya. Setelah kami bercakap-cakap, akhirnya Tika memnutuskan untuk ketemuan di kantorku.
